Arkeolog dan para ahli biologi dari Commonwealth Scientific and Research Organization (CSIRO), Australia, menemukan tulang dan rahang tikus raksasa di Timor-Timur. Tikus raksasa tersebut diperkirakan memiliki berat sekitar enam kilogram, atau sebesar bayi berusia tiga bulan.
Dr Ken Aplin, ahli biologi CSIRO mengatakan, bahwa Indonesia bagian timur dan Timor-Timur merupakan tempat terbaik bagi habitat hewan-hewan pengerat.
“Kami ingin agar perhatian internasional tentang konservasi tertuju ke wilayah tersebut,” kata Aplin seperti dilansir Gizmag, Kamis (29/7/2010).
“Mempertahankan keanekaragaman hayati tikus adalah sama pentingnya dengan melindungi paus atau burung,” tambah Aplin.
Dr Alpin berpikir, bahwa rakyat Timor-Timur berhasil hidup berkelanjutan sampai sekira 2.000 tahun yang lalu. Namun, ketika orang tiba di pulau tersebut, kepunahan pun mulai terjadi. Kepunahan itu terjadi dari hasil penebangan pada hutan.
0.702 secondsDr Ken Aplin, ahli biologi CSIRO mengatakan, bahwa Indonesia bagian timur dan Timor-Timur merupakan tempat terbaik bagi habitat hewan-hewan pengerat.
“Kami ingin agar perhatian internasional tentang konservasi tertuju ke wilayah tersebut,” kata Aplin seperti dilansir Gizmag, Kamis (29/7/2010).
Tengkorak Kepala Tikus Raksasa (Kanan)
Selanjutnya, ia mengatakan, melindungi semua spesies hidup adalah hal terpenting. “Hewan Pengerat membentuk 40 persen dari keragaman mamalia seluruh dunia dan merupakan elemen kunci dari ekosistem, penting untuk proses seperti pemeliharaan tanah dan penyebaran biji,” kata Aplin.“Mempertahankan keanekaragaman hayati tikus adalah sama pentingnya dengan melindungi paus atau burung,” tambah Aplin.
Dr Alpin berpikir, bahwa rakyat Timor-Timur berhasil hidup berkelanjutan sampai sekira 2.000 tahun yang lalu. Namun, ketika orang tiba di pulau tersebut, kepunahan pun mulai terjadi. Kepunahan itu terjadi dari hasil penebangan pada hutan.
0 comments:
Post a Comment
Thaks Pal