RSS

Pages

FANATISME BERUJUNG MAUT

FANATISME BERUJUNG MAUT Hari Minggu, 27 Mei 2012 lalu, Rangga, seorang suporter tewas dikeroyok suporter lain pada pertandingan  sepakbola antara Persija melawan Persib di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.
Semua berharap dan berdoa agar Rangga adalah korban terakhir. Jangan lagi ada nyawa manusia yang melayang sia-sia karena fanatisme yang sempit. Ulah suporter sepakbola belakangan ini memang sudah memperihatinkan. Dalam tiga bulan terakhir saja, sudah sembilan nyawa melayang akibat bentrok seusai menyaksikan sepakbola.Tentu saja bagi keluarga terutama bagi ibunda Rangga, Ny Iip Saripah sangat kehilangan. Apalagi menurut sang Ibunda, Rangga adalah anak yang baik dan tidak macam-macam. ”Keluarga memang sudah mengikhlaskan kepergian Rangga. Tapi, cara kepergian yang seperti itu kami masih tidak bisa terima. Kami minta pihak yang berwajib mengusut tuntas kasus penganiayaan yang menyebabkan tewasnya Rangga,” ujar Iip Saripah sendu.
Alangkah idealnya jika energi para suporter itu disalurkan kepada kegiatan yang positif sehingga bisa mengurangi tindakan destruktif.
Seperti yang dilakukan Yuli Sugiharto ini misalnya. Pendukung klub sepakbola Arema ini sengaja memilih menjadi dirijen atau conductor di lapangan. Di setiap pertandingan  yang melibatkan Arema ia akan memimpin para pendukung untuk menyanyikan lagu untuk memberikan semangat kepada tim kesayangannya.
”Menonton sepakbola sambil bernyanyi dan meneriakan yel-yel membuat pertandingan jadi meriah layaknya konser,” kata Yuli, yang juga akrab disapa Yuli Sumpil karena berasal dari daerah Gang Sumpil Malang. Uniknya, kebiasaan Yuli sebagi dirijen di lapangan ini juga sempat difilmkan dengan judul ”The Conductors”.
Kecintaannya kepada sepakbola juga dilampiaskan dengan membuat film. Itulah yang yang dilakukan Andi Bachtiar Yusuf seorang pembuat film. Sudah puluhan film tentang sepakbola berhasil ia buat. Bahkan film karya Andi pernah diputar sebelum kejuaraan sepakbola dunia beberapa waktu lalu. Andi sang pembuat film The Conductors saat ini tengah menyelesaikan film terbarunya yang juga bertema sepakbola yaitu ”Hari Ini Pasti Menang”.
Mungkin apa yang dilakukan kakak beradik dari Solo, Jawa Tengah berikut ini memang sangat unik dan menarik. Mayor Haristanto sengaja membuat kelompok suporter yang dikoordinir dengan rapi dan tertib. Bersama kelompok suporternya Pasoepati Solo berbondong-bondong ke lapangan sepakbola dengan membawa pesan damai. Karena dinilai berhasil membentuk suporter klub sepakbola di Solo, Mayor mendapat undangan dari sejumlah kota seperti Makassar, Manado dan Pakanbaru untuk menjadi konsultan. Atas jerih payahnya ini, Mayor sempat mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia atas prestasinya yaitu pencetus kelompok suporter sepakbola terbanyak. Sementara kakaknya, Bambang Haryanto bertindak sebagai konseptor. Ia banyak memberikan ide dan gagasan bagaimana menyaksikan sepakbola dengan nyaman, tertib dan damai. ”Tidak jarang kami ketika melawat ke kota lain untuk mendukung tim , kami membawa beras dan makanan untuk dibagikan kepada penduduk di sekitar stadion,” ujar Bambang Haryanto. Upaya itu, menurut Bambang diharapkan setidaknya bisa membawa pesan damai.
Upaya yang dilakukan kelompok suporter sepakbola di atas memang patut diapresiasi. Dengan menyaksikan pertandingan sepakbola sambil bernyanyi, meneriakkan yel-yel selain bisa membuat pertandingan lebih meriah setidaknya bisa mengurangi tawuran dan bentrokan antar suporter karena suporter sudah terkuras energinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment

Thaks Pal