Sudah
sering mendengar ayat ini? atau mungkin telah mengahafalnya? Ya ...
ayat ini menjadi bukti betapa Islam melindungi seorang wanita. Kemuliaan
seorang wanita dalam Islam terletak pada usahanya untuk menjaga
kehormatan dirinya. Islam telah mengatur bagaimana seorang wanita bisa
menjadi mulia dengan akhlaq, menutup aurat dan melaksanakan perintah
Allah. Perintah menutup aurat bukan mengekang kebebasan seorang wanita,
justru memperlihatkan bahwa Islam mengerti dengan apa yang dibutuhkan
oleh wanita.
Bila
diibaratkan, terdapat dua buah kue yang sama jenisnya, dijual di tempat
yang terpisah, yang satu ditaruh di etalase kaca bertulisan jangan
disentuh dan yang satu lagi dibiarkan “berdesakan” dengan jajanan lain
tanpa penutup apa-apa dan yang pasti telah sering dipegang oleh
tangan-tangan yang belum tentu steril.
Nah,
kita diminta memilih, mana yang akan kita beli ? secara logika tentu
saja kita pilih yang tidak pernah dipegang karena pasti terjaga
kualitasnya. Seperti itu pula wanita, begitu sayangnya Allah sehingga Ia
ingin menjadian kita sesuatu yang “mewah” dan suci karena terlindungi
....
sebuah kisah akan mengingatkan kita pada wanita mulia ....
Dari
Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku, “Maukah aku
tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya.”
Ia
berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi)
dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar
Allah menyembuhkannya.' Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau,
aku akan mendoakanmu agar Allah menyembuhkanmu.' Wanita itu menjawab,
‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala
penyakit ayan menimpaku, aura tku terbuka, doakanlah agar auratku tidak
tersingkap.’ "
Apa
amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga? Apakah
karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah
karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam? Tidak. Bahkan Ibnu
Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam. Wanita hitam itu,
yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi
ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya.
Inilah
bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang
wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang
syar’i. Yaitu yang hanya diperliha tkan kepada suaminya dan orang-orang
yang halal baginya. Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang
mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan
ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, dan amalan-amalan
salihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia akan menjelma
menjadi secantik bidadari surga.
Subhanallah,
ternyata untuk menjadi mulia tidak butuh kosmetik mahal, perawatan
kulit untuk menjadi putih dan alat-alat kecantikan lainnya, namun yang
dibutuhkan hanya kesabaran dalam “memutihkan” hati dan menjaga kesucian
diri.
Sekarang,
patutlah diri di depan kaca, dan katakanlah bahwa saya akan menjadi
seorang wanita mulia mulai sekarang dan nanti. Kenapa nanti? karena
tidak ada yang tahu apakah kita masih seperti sekarang besok, beberapa
hari lagi bahkan bertahun-tahun berikutnya, karena baiknya iman kita
saat ini ... ketulusan yang hadir hari ini belum tentu bertahan hingga
nanti jika tidak ada usaha untuk memperbaiki diri.
Kesempatan
untuk memompa semangat tidak selalu datang begitu saja, ia butuh diberi
sebuah asupan dari saat ini, keinginan untuk terus berubahpun tak
datang tiba-tiba karena butuh keteguhan dan kekuatan cinta pada Ilahi.
Modal tersebut akan didapat melalui proses pencarian sebuah ilmu yang
mampu memantapkan hati kita bahwa muslimah seperti inilah yang
diharapkan muncul dari sebuah generasi pembaharu.
Muslimah
yang teguh dengan hijabnya, yang terus menambah wawasan keislamannya
dan muslimah yang mampu mempengaruhi orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Jilbab yang hadir di tengah masyarakat yang
gersang akan ilmu agama bisa menarik orang lain untuk mendalami Islam,
apalagi bila ditambah dengan kecerdasan dan talenta yang dimilki oleh
muslimah tersebut,maka akan dapat menimbulkan tarikan yang lebih kepada
mereka.
Berangkat
dari pemahaman inilah terdapat kesimpulan bahwa ancaman muslimah dalam
kehidupannya dipengaruhi oleh lingkungan yang homogen dan heterogen.
Hanya tinggal muslimah itulah yang berusaha untuk menjaga dirinya
sekarang dan hingga nanti ... Wallahu’alam bishowwab
salam_sitijamilahamdi
0 comments:
Post a Comment
Thaks Pal